Dalam dunia seks, kita mengenal istilah orgasme seks yang merupakan suatu kondisi di mana terjadi kenikmatan puncak seseorang dalam melakukan aktivitas hubungan seks dengan pasangannya yang kemudian setelah mengalami proses orgasme seks tersebut terjadi relaksasi di seluruh tubuh. Kalau saya boleh menganalogikan konsep orgasme seks tersebut ke dalam dunia manajemen, maka judul di atas yaitu orgasme manajemen merupakan kondisi di mana terjadi proses kesuksesan puncak seorang eksekutif atau leader dalam melakukan aktivitas manajemennya terhadap bawahannya sehingga seluruh tugas dan tanggung jawabnya dapat terselesaikan dengan baik. Namun demikian, yang menjadi pertanyaan adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan lagi bagi seorang eksekutif atau leader untuk dapat bangkit lagi agar mendapatkan orgasme manajemen selanjutnya. Artinya seberapa sering dan hebatnya sang eksekutif atau leader tersebut mendapatkan dan menghasilkan prestasi kerjanya kembali berkat kerjasama mutualisme dengan mitra kerjanya. Karena kita pahami bersama bahwa kesuksesan masa lalu jangan sampai membuat kita lupa atau terlena untuk berprestasi kembali.
Hal tersebut di atas tentu akan sulit dilakukan apabila sang eksekutif atau leader mengalami disfungsi manajemen yang pada akhirnya melahirkan sebuah sistem manajemen nina bobo sehingga segala aktivitas pekerjaan yang ada mengalami kemandekan kreativitas dan inovasi, terkendala peralatan dan perlengkapan bahkan terkendala kualitas dan kuantitas SDM yang menjadi variabel utama dalam dunia organisasi atau dunia kerja. Kalau hal ini yang terjadi bersiap-siaplah para karyawan atau anak buah mencari pelampiasan atau kepuasan manajemen di tempat yang lain padahal karyawan atau anak buah tersebut memiliki gairah kerja dan libido manajerial yang tinggi. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya para eksekutif atau leader melakukan proses introspeksi diri dan mengevaluasi apakah aktivitas manajemen yang dilakukannya saat ini telah mencapai orgasme manajemen tingkat mutualisme. Artinya kepuasan atau kesuksesan yang telah dicapai atau yang diraihnya juga membuat pasangannya (mitra kerja atau anak buah) mengalami kepuasan dan kesuksesan pula.
Dari pemaparan di atas, saya mencoba untuk menawarkan konsep manajemen mutualisme untuk mendapatkan orgasme manajemen yang luar biasa, baik untuk sang eksekutif maupun anak buahnya dengan menggunakan pendekatan manajemen situasional (contingency) yang menyeluruh dan sempurna, baik dengan sentuhan hardware (materi) maupun software (non materi), empati dan rasionalitas, motivasi bahkan dengan foreplay manajemen yang sensasional yang merangsang gairah kerja dan libido manajerial anak buah untuk dapat berprestasi juga yang pada akhirnya membuat sang eksekutif atau leader terangkat pula prestasinya. Inilah saatnya sang eksekutif atau leader untuk menginspirasi sehingga tidak terjadi pasangan manajemen yang stress (karyawan atau anak buah).
Komentar
Posting Komentar