Langsung ke konten utama

Rekayasa Ide


Alhamdulillah setelah beberapa bulan absen untuk up date materi di blog pribadi ini, ternyata Allah swt. masih berkenan memberikan saya waktu atau kesempatan untuk up date materi kembali. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk membahas materi dengan judul : "Rekayasa Ide".

Dalam dunia kedokteran atau biologi kita mengenal istilah rekayasa genetik di mana merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para ilmuwan yang ahli di bidang tersebut untuk menciptakan atau menghasilkan sebuah gen yang telah ada yang kemudian direkayasa sesuai dengan yang diinginkan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah yang secara aktif. Artinya ada peranan para ilmuwan terhadap perubahan struktur dan komposisi gen sesuai dengan kode yang diinginkan yang biasanya untuk kepentingan positif walaupun tidak menutup kemungkinan untuk hal negatif seperti halnya program klonning manusia yang masih kontroversial dan pembuatan senjata pemusnah biologis berupa virus yang mematikan.

Kalau boleh saya menganalogikan judul materi blog saya kali ini yaitu : "Rekayasa Ide" ke dalam dunia manajemen maka judul tersebut berarti merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para Thinker atau Top Management yang terbiasa mengambil kebijakan strategis dalam perusahaannya untuk menciptakan atau menghasilkan sebuah ide yang diinginkan dengan mengolah ide/kepentingan/keinginan yang ada yang kemudian diramu atau diracik kembali sehingga menghasilkan kebijakan yang lebih populis dan efektif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tentunya ide tersebut haruslah merupakan ide yang cemerlang yang tidak asal beda dengan orang lain atau juga tidak melulu harus sama (plagiat).

Nah, terkait dengan hal tersebut di atas, saya mencoba mengusulkan sebuah "Rekayasa Ide" yang bisa dimainkan oleh kita semua, ya minimal sebagai seorang individu yang menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam sebuah "Rekayasa Ide" yaitu :
1. Kemampuan membaca sebuah ide/keinginan dari orang lain yang bisa jadi muncul secara tersirat. Kalau menurut Anis Matta dalam sebuah artikelnya dikenal dengan istilah membaca pikiran di balik pikiran. Kalau dalam dunia politik dikenal dengan istilah mengartikulasikan kepentingan masyarakat/organisasi.
2. Kemampuan mengolah sebuah ide/keinginan dari orang lain dengan mengoptimalkan seluruh potensi manajemennya sebagai seorang leader yang tentunya ide tersebut menjadi lebih cemerlang dan bisa diterima secara massif. Disinilah konsep agregasi kepentingan dalam dunia politik dimainkan, karena bagaimanapun juga ruang lingkup organisasi kerja dalam sebuah perusahaan tidak jauh berbeda dalam ruang lingkup dunia politik. Sehingga wajar kalau kita mengenal ada istilah "Politik Kantor" dalam sebuah ruang lingkup kerja/perusahaan.
3. Kemampuan mengkomunikasikan sebuah ide yang telah direkayasa tersebut oleh para leader sehingga tidak mengalami mandul distribusi ide yang sebenarnya ide tersebut sangat bermanfaat untuk perusahaan, karyawan serta pelanggannya yang pada akhirnya dapat dipahami dan diimplementasikan oleh seluruh team dengan adanya komunikasi tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Cinta

Pada suatu hari saat saya chatting di Facebook, ada permintaan dari seorang teman Facebook yang meminta saya membuat materi di blog pribadi dengan tema : Manajemen Cinta. Terlepas dari permintaan beliau, saya pikir tema yang diminta membuat saya tertarik untuk membahasnya di mana tentunya masalah cinta merupakan hal yang sudah sering kita dengar dan banyak lika-likunya. Namun konsep manajemen cinta seperti apa sih sebenarnya yang akan dibahas ? Oke, semoga materi blog yang bertemakan manajemen cinta ini menjadi bermanfaat buat kita semua. Dalam dunia manajemen kita mengenal istilah POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) bagi seorang eksekutif atau leader dalam memainkan aktivitas manajemennya. Dengan landasan konsep tersebut, saya akan mencoba untuk membahas aktivitas manajemen dengan objek cinta. Namun demikian, sebelum kita membahas lebih dalam, saya mencoba akan membahas terlebih dahulu apa itu cinta. Bagi seorang pujangga, cinta berarti bisa bermakna hasrat penghambaan

WHD (Weapons of Hopeless Destruction)

Dalam dunia militer saat ini, kita mengenal istilah WMD (Weapons of Mass Destruction) yang berarti senjata pemusnah masal di mana kekuatan penghancurnya memiliki efek yang luas, baik dari segi radiusnya maupun dalam jumlah korbannya. Kalau melihat judul di atas maka pada kesempatan kali ini saya akan membahas materi terkait dengan senjata pemusnah keputusasaan. Sering saya melihat di berita yang di tayangkan oleh beberapa stasiun TV Nasional yang ternyata menayangkan kasus orang di Indonesia yang memiliki harapan setinggi tower / menara BTS. Kalau harapan yang positif mungkin tidak jadi masalah, tapi harapan tersebut adalah harapan untuk melakukan bunuh diri dengan meloncat dari atas tower / menara BTS. Apakah mental atlet panjat tower / menara BTS ini perlu dikembangkan atau harus dimusnahkan ? Oleh karena itu, saya mencoba di blog ini untuk menjadi suplayer senjata dengan jenis senjata WHD (Weapons of Hopeless Destruction). Ada beberapa jenis senjata WHD yang saya paparkan dalam blo

Sudahkah Kita Membaca Hari Ini ?

Melihat judul di atas sepertinya merupakan pertanyaan yang sederhana dan sering kita mendengarnya. Namun, pernahkah kita pahami secara mendalam apa makna dari sebuah membaca tersebut yang bahkan dalam Agama Islam ayat yang pertama kali diturunkan merupakan ayat perintah untuk membaca yaitu Surat Al Alaq ayat pertama yang berbunyi "Iqra" yang artinya "Bacalah". Secara pribadi saya membagi konsep membaca menjadi 7 (tujuh) hal yaitu : 1. Membaca Al Qur'an dan Hadist (Representasi Wawasan Keilmuan Agama dan Hubungan Transendental) 2. Membaca Lingkungan Fisik (Representasi Hubungan dengan Alam) 3. Membaca Buku / Literatur (Representasi Wawasan Keilmuan / Spesialisasi Dunia) 4. Membaca Koran / Majalah / Internet (Representasi Up Date Informasi / Berita Terkini) 5. Membaca Diri (Representasi Evaluasi dan Planning serta Optimalisasi Potensi Diri Pribadi) 6. Membaca Orang Lain (Representasi Hubungan Sosial Kemasyarakatan dan Organisasi) 7. Membaca Tanda-tanda Jaman