Langsung ke konten utama

Manajemen Cinta


Pada suatu hari saat saya chatting di Facebook, ada permintaan dari seorang teman Facebook yang meminta saya membuat materi di blog pribadi dengan tema : Manajemen Cinta. Terlepas dari permintaan beliau, saya pikir tema yang diminta membuat saya tertarik untuk membahasnya di mana tentunya masalah cinta merupakan hal yang sudah sering kita dengar dan banyak lika-likunya. Namun konsep manajemen cinta seperti apa sih sebenarnya yang akan dibahas ? Oke, semoga materi blog yang bertemakan manajemen cinta ini menjadi bermanfaat buat kita semua.

Dalam dunia manajemen kita mengenal istilah POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) bagi seorang eksekutif atau leader dalam memainkan aktivitas manajemennya. Dengan landasan konsep tersebut, saya akan mencoba untuk membahas aktivitas manajemen dengan objek cinta. Namun demikian, sebelum kita membahas lebih dalam, saya mencoba akan membahas terlebih dahulu apa itu cinta.

Bagi seorang pujangga, cinta berarti bisa bermakna hasrat penghambaan/bakti seseorang yang memunculkan konsekuensi logis perjuangan dan pengorbanan yang didasarkan pada perpaduan unsur logika, perasaan/emosional serta mata hati/jiwa. Namun bagi seorang ABG yang dilanda asmara, cinta bisa bermakna adanya getaran hati yang dalam ketika berjumpa dengan si belahan jiwa. Oke, apapun makna yang ada, cinta di sini menjadi sebuah objek yang perlu dikelola dan di-manajemen-kan sesuai dengan konsep manajemen POAC di atas.

Secara pribadi, saya memiliki sebuah paradigma bahwa manajemen cinta yang dibahas perlu dijelaskan secara bertahap yaitu :

1. Cinta perlu di-Planning (Direncanakan) : Pada tahap ini, kita perlu menentukan skala prioritas cinta agar cinta yang kita lakukan berjalan pada relnya dan tidak over lapping. Ada tahapan cinta (skala prioritas) yang perlu kita lakukan yaitu : (1) Cinta kepada Allah swt. (2) Cinta kepada Rasulullah, (3) Cinta kepada sesama manusia yang lain (4) Cinta terhadap harta benda/alam. Untuk cinta yang ke (3) yaitu cinta kepada sesama manusia pun juga dibagi beberapa tahap, namun pada kali ini saya menjadikan satu secara global dulu. Dengan adanya perencanaan yang jelas tersebut maka secara otomatis pilihan cinta yang kita lakukan akan berlandaskan pada rule of game yang jelas. Jangan sampai skala cinta no. (4) mengalahkan cinta no. (3), di mana pada jaman sekarang demi harta, jabatan/tahta membuat seseorang bermain hantam kromo, licik, menjatuhkan, memfitnah, saling sikut dan sebagainya kepada manusia yang lain. Kalau itu yang terjadi berarti telah terjadi perubahan siklus cinta yang melanggar fitrah manusia dan alam dan tentunya akan berakibat pada perubahan tatanan kehidupan yang normal.

2. Cinta perlu di-Organizing (Diorganisasikan) : Pada tahap ini, kita perlu mengorganisir seluruh potensi cinta yang kita miliki untuk mendapatkan hasil cinta yang optimal dan sejati. Potensi cinta di sini adalah tingkat pemahaman kehidupan, keikhlasan, pengorbanan, perjuangan, keteguhan, kepercayaan, kesetiaan, dsb.

3. Cinta perlu di-Actuating (Digerakkan) : Pada tahap ini, setelah mengumpulkan dan menyatukan seluruh potensi cinta yang ada, maka cinta perlu digerakkan atau dimainkan. Karena yang namanya cinta tidak hanya dibuktikan dalam hati dan lisan saja tapi juga dibuktikan dengan perbuatan nyata. Bukankah tidak mungkin seseorang akan melakukan keburukan dan kebaikan atau sebaliknya dalam waktu yang bersamaan ? Disitulah kita perlu memiliki orientasi gerak cinta yang jelas yang pada akhirnya akan memunculkan aura cinta yang sejati.

4. Cinta perlu di-Controlling (Dikontrol/Dievaluasi). Pada tahap ini, sebenarnya kalau dalam buku "The Sevent Habits of Higly Effective People" karya Steven R. Covey dikenal dengan istilah "Mengasah Gergaji" yang berarti mempertajam kualitas cinta kita dengan sentuhan renungan atau kontemplasi atau muhasabah yang memberikan efek positif terhadap perjalanan cinta kita apakah sesuai dengan perencanaan (skala prioritas) yang sudah dibuat di atas dan berjalan secara optimal.

Demikianlah paparan konsep manajemen cinta yang bisa saya tuliskan di blog ini. Bagi Mba Yeni Setiawati yang telah meminta saya menulis tema ini semoga berkenan dan sekali lagi semoga pula bermanfaat bagi kita semua. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHD (Weapons of Hopeless Destruction)

Dalam dunia militer saat ini, kita mengenal istilah WMD (Weapons of Mass Destruction) yang berarti senjata pemusnah masal di mana kekuatan penghancurnya memiliki efek yang luas, baik dari segi radiusnya maupun dalam jumlah korbannya. Kalau melihat judul di atas maka pada kesempatan kali ini saya akan membahas materi terkait dengan senjata pemusnah keputusasaan. Sering saya melihat di berita yang di tayangkan oleh beberapa stasiun TV Nasional yang ternyata menayangkan kasus orang di Indonesia yang memiliki harapan setinggi tower / menara BTS. Kalau harapan yang positif mungkin tidak jadi masalah, tapi harapan tersebut adalah harapan untuk melakukan bunuh diri dengan meloncat dari atas tower / menara BTS. Apakah mental atlet panjat tower / menara BTS ini perlu dikembangkan atau harus dimusnahkan ? Oleh karena itu, saya mencoba di blog ini untuk menjadi suplayer senjata dengan jenis senjata WHD (Weapons of Hopeless Destruction). Ada beberapa jenis senjata WHD yang saya paparkan dalam blo

Sudahkah Kita Membaca Hari Ini ?

Melihat judul di atas sepertinya merupakan pertanyaan yang sederhana dan sering kita mendengarnya. Namun, pernahkah kita pahami secara mendalam apa makna dari sebuah membaca tersebut yang bahkan dalam Agama Islam ayat yang pertama kali diturunkan merupakan ayat perintah untuk membaca yaitu Surat Al Alaq ayat pertama yang berbunyi "Iqra" yang artinya "Bacalah". Secara pribadi saya membagi konsep membaca menjadi 7 (tujuh) hal yaitu : 1. Membaca Al Qur'an dan Hadist (Representasi Wawasan Keilmuan Agama dan Hubungan Transendental) 2. Membaca Lingkungan Fisik (Representasi Hubungan dengan Alam) 3. Membaca Buku / Literatur (Representasi Wawasan Keilmuan / Spesialisasi Dunia) 4. Membaca Koran / Majalah / Internet (Representasi Up Date Informasi / Berita Terkini) 5. Membaca Diri (Representasi Evaluasi dan Planning serta Optimalisasi Potensi Diri Pribadi) 6. Membaca Orang Lain (Representasi Hubungan Sosial Kemasyarakatan dan Organisasi) 7. Membaca Tanda-tanda Jaman